Featured Post Today
Latest Post

Sya'ir Imam asy-syafi'i: "Merantau demi Ilmu"

شعر الإمام الشافعي
Al-Imam asy-Syafi’i berkata dalam syairnya:
ما في المُقامِ لذي عقلٍ وذي أدبٍ مِنْ رَاحَة ٍ فَدعِ الأَوْطَانَ واغْتَرِب,
“tidaklah berdiam di tempatnya orang-orang berakal dan beradab, dari rehatnya dia berpisah dan dari negerinya dia mengasingkan diri”
Berdiam diri, stagnan, dan menetap di tempat mukim, sejatinya bukanlah peristirahatan bagi mereka pemilik akal dan adab maka berkelanalah, merantaulah tinggalkan negerimu (demi menuntut ilmu dan kemuliaan).
سافرْ تجد عوضاً عمَّن تفارقهُ وانْصَبْ فَإنَّ لَذِيذَ الْعَيْشِ فِي النَّصَب
“Merantaulah, engkau akan menemukan pengganti yang telah engkau tinggalkan, berusahalah, sungguh kenikmatan hidup ada pada kerasnya usaha”
Safarlah, engkau akan menemukan pengganti orang-orang yang engkau tinggalkan. Berpeluhlah engkau dalam usaha dan upaya, karena lezatnya kehidupan baru terasa setelah engkau merasakan payah dan peluh dalam bekerja dan berusaha.

إني رأيتُ وقوفَ الماء يفسدهُ إِنْ سَاحَ طَابَ وَإنْ لَمْ يَجْرِ لَمْ يَطِبِ
“sungguh aku melihat diamnya air merusakkannya (air) , bila bergerak ia jernih, bila tak mengalir maka ia tak menyehatkan”
Sungguh aku melihat, air yang tergenang dalam diamnya, justru akan tercemar lalu membusuk. Jika saja air tersebut mengalir, tentu ia akan terasa lezat menyegarkan. Tidak demikian jika ia tidak bergerak mengalir.
والأسدُ لولا فراقُ الأرض ما افترست والسَّهمُ لولا فراقُ القوسِ لم يصب
“dan singa yang tidak meninggalkan sarangnya takkan memangsa, dan panah yang tidak terlepas dari busurnya takkan mengena (sasaran)”
Sekawanan singa, andai tidak meninggalkan sarangnya, niscaya kebuasannya tidak lagi terasah, ia pun akan mati karena lapar. Anak panah, andai tidak melesat meninggalkan busurnya, maka jangan pernah bermimpi akan mengenai sasaran.
والشمس لو وقفت في الفلكِ دائمة لَمَلَّهَا النَّاسُ مِنْ عُجْمٍ وَمِنَ عَرَبِ
“dan matahari yang bertetap di ufuk, tentu akan menjemukan manusia, baik dari ajam (non arab) maupun arab”
Sang surya, andai saja selalu berada di ufuk, maka ia tidak akan memberikan manfaat sinarnya dan niscaya ia akan dicela manusia.
والترب كالترب ملقى في أماكنه والعودُ في أرضه نوعاً من الحطب
“dan biji emas tak ada bedanya dengan biji tanah saat tercampur di tempatnya, kayu gaharu terserak di tanah pun serupa dengan kayu bakar”
Bijih emas yang masih terkubur di bebatuan, hanyalah sebongkah batu tak berharga, yang terbengkalai di tempat asalnya. Demikian halnya dengan gaharu di belantara hutan, hanya sebatang kayu, sama seperti kayu biasa lainnya.
إن تغرَّب هذا عزَّ مطلبهُ وإنْ تَغَرَّبَ ذَاكَ عَزَّ كالذَّهَب
“bila kau pisahkan biji emas dari tanah, maka mulia dia dan dicari, bila kau pisahkan kayu gaharu dari kayu bakar, ia akan seharga emas”
Andai saja biji emas masih menyatu dengan tanah maka ia tidak akan menjadi logam mulia yang begitu dicari, dan andai saja gaharu tersebut keluar dari belantara hutan, ia adalah parfum yang bernilai tinggi.


By : ATS
2 comments

Jika memang...

Jika memang butuh alasan bagi kita untuk menghargai orang lain,
maka tidakkah cukup alasan bahwa "mereka adalah ciptaan ALLAH".

Jika memang butuh alasan bagi kita untuk memaafkan orang-orang yang telah mendzalimi kita,
maka tidakkah cukup alasan bahwa "sikap memaafkan adalah akhlak para penghuni surga".

Jika memang butuh alasan bagi kita untuk selalu bersikap jujur,
maka tidakkah cukup alasan bahwa "orang yang suka berdusta tempatnya di neraka".

Jika memang butuh alasan bagi kita untuk selalu beramal sholeh,
maka tidakkah cukup alasan bahwa "itu adalah bekal akhirat kita".

Jika memang butuh alasan bagi kita untuk memberi,
maka tidakkah cukup alasan bahwa "segala sesuatu yang ada pada diri kita adalah milik ALLAH".

Jika memang butuh alasan bagi kita untuk selalu bersyukur,
maka tidakkah cukup alasan bahwa "kita telah diberikan kehidupan dari ALLAH lewat rahim seorang muslim".

Jika memang butuh alasan bagi kita untuk selalu bersabar dalam setiap musibah,
maka tidakkah cukup alasan bahwa "sesungguhnya ALLAH bersama orang-orang yang sabar".

Jika memang butuh alasan bagi kita untuk segera bertaubat,
maka tidakkah cukup alasan bahwa "kematian selalu mengintai kita".


Yaa ALLAH... lapangkanlah dada kami untuk dapat menerima setiap alasan dari sebab yang pertama yaitu ENGKAU.
Yaa RAHIM... Mudahkanlah tangan kami untuk saling memberi dan saling berbagi.
Sesungguhnya segala sesuatu yang ada pada diri kami, baik fisik dan materi adalah milik-MU.
Bukalah mata hati kami agar bisa melihat setiap nikmat yang tersembunyi dari setiap hikmah & anugerah yang ENGKAU berikan.
Yaa Muqollibal Qulub... tetapkanlah hati kami dalam agama-Mu dan ketaatan kepada-MU.
Hanya kepada-MU tempat kami kembali.

22/12/1434 06:52

0 comments

Konsep Wanita dalam Islam

19/10/13 ALLAH menghiasi indahnya sore itu dengan hujan, didalam sebuah aula kecil, seorang ustadz sedang memberikan beberapa nasihatnya kepada kami dan menceritakan pengalaman-pengalaman menariknya selama ia tinggal di Inggris. Selama tinggal di sana beliau banyak bertemu dengan orang-orang Atheis, Kebenyakan diantara mereka adalah orang-orang yang menuhankan hoby, seperti Bola, Teknologi, dsb.

Suatu ketika beliau bertemu dengan seorang Atheis dan ditanya "Kenapa Wanita Islam itu harus menggunakan jilbab dan dilarang untuk berjabat tangan dengan orang lain, apakah islam agama yang tidak bebas?" lalu beliau mulai berpikir jawaban apa yang harus ia berikan kepada orang tersebut, karena jika ia menjawab karena itu adalah perintah ALLAH atau syari'at islam yang harus dijalankan oleh umatnya maka ia tidak akan dapat memuaskan si Atheis ini. Pada dasarnya syari'at yang ada di dalam agama islam tidak pernah bertentangan dengan akal manusia, sehingga pasti ada cara untuk menjelaskan agar islam bisa di terima oleh akal manusia.
Sambil melihat tajam mata si Atheis akhirnya ia pun menjawab pertanyaan si Atheis ini, "Konsep wanita didalam islam itu ibarat seorang Queen, Apakah engkau pernah berjabat tangan dengan ratu elizabeth?" tanya ustadz.
"tidak, karena tidak sembarang orang bisa mendekatinya, apalagi berjabat tangan dengannya".Jawab si Atheis tadi.
Lalu ustadz itu pun tersenyum ringan sembari berkata, "begitulah wanita kami, mereka bagaikan Queen yang tidak sembarang orang bisa menyentuhnya, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menyentuhnya".
"lalu bagai mana dengan jilbab?" balasnya.
"sebelum saya menjawab pertanyaanmu, saya ingin bertanya kepadamu terlebih dahulu, jika engkau akan memebeli sebuah sebuah kue, engkau akan memelih kue yang terbungkus rapi atau yang telanjang?" tanya ustadz.
"of course, saya akan membeli yang ada bungkusnya". Balas si Atheis.
Lalu ia tersenyum kembali sambil berkata, "Begitu pula wanita kami, dengan jilbab mereka menutup aurat mereka sehingga mereka terhindar dari pandangan-pandangan liar para lelaki yang tidak berkepentingan, Wanita kami tidak seperti wanita kalian yang suka mengekspresifkan tubuhnya lewat pakaian-pakaian yang ekspresif, Wanita kami harus menjaga kesucian dirinya sehingga tidak sembarang orang bisa melihat kecantikan yang ada pada dirinya dan hanya orang-orang tertentu pula yang boleh melihat kecantikannya".
Lalu si Atheis pun mengangguk-anggukkan kepalanya seolah-olah ia bisa menerima penjelasan sang ustadz.

"Wanita sholehah tidak akan pernah tergiur dengan dunia, karena mereka adalah sebaik-baiknya perhiasan di dunia, Mereka lebih berkilau dari permata, dan hanya orang-orang Sholeh pula yang bisa melihat betapa berkilaunya mereka".

Sabtu, 19 Oktober di Tawamangu

Author : Anas Ibni Abdurrahman
0 comments

"Kullu nafsin zaikatul maut"

"Kullu nafsin zaikatul maut" (3: 185)
Brother and sister hafidzokumullah...
If we're asked about certainly thing in this world, of course "Death" is the answer. Because every soul in this world will difinetely feel the death. but not all is ready for it. When a youth is asked about death, "are you ready to die?" he will certainly say "not yet", and then when he's growing up and to be mature and even into old, try to ask again about that question "he never says ready to it", because no one know what will be happen after they die.

Brother and sister fillah...
Indeed we are loving world so much, almost all people in the world do it, we don't realize how the world has been blinded us, we never be aware how the syaithan has been brought us far away from ALLAH and our Din, we left the sunnah of our prophet Muhammad SAW, "are we aware of it all?", if we are, then what have we done? don't let the cognition only dwell in our head, let's absorb it into our heart, during we're still given chance to live and before all late.

Brother and Sister Hafidzakumullah...
in hereafter, each of our deeds in the world will be accounted, just remember it always when we will do immoral deeds, ALLAH always oversee us and we will back to him, don't let our self back to him in state of abject. indeed, a bad plece in hereafter is pit of hell, and a good place in hereafter is heaven. So don't sell ourselves to pleasure temporary. Never sell ourselves to world and syaithan. let's be pious servant of ALLAH.
"What have you done for ISLAM not islam done for YOU"
La'allah ayyusahl amronaa...wa Barakallahufikum...

0 comments

Ramadhan bulan Ibadah

Ramadhan merupakan bulan ibadah, Kita tidak akan pernah menemukan bulan yang lebih baik dan lebih utama dari bulan Ramadhan untuk beribadah karena setiap ibadah yang kita lakukan dibulan ini akan dilipatgandakan oleh ALLAH pahalanya. Setiap mu'min pasti akan merasakan kegembiraan ketika ALLAH mempertemukannya kembali dengan bulan Ramadhan karena itu merupakan sebuah nikmat yang ALLAH berikan padanya.
Sesungguhnya iman seseorang itu naik dan turun, sehingga bulan Ramadhan ini harus kita jadikan momentum untuk menaikkan iman kita. Sabda Rasulullah, “Jika masuk bulan Ramadhan, dibuka pintu-pintu langit, ditutup pintu-pintu neraka, dan para syaitan dibelenggu." (HR. Bukhari)
Dibukakannya pintu-pintu langit adalah sebagai isyarat bahwa ketika bulan Ramadhan datang maka do'a-do'a akan diijabah oleh ALLAH SWT, jadi bulan ini memberikan potensi yang besar sebagai bulan perbaikan diri semoga ALLAH memberikan kemudahan kepada kita untuk selalu mendekatkan diri kepadanya.

Sesungguhnya ketidaknikmatan kita dalam beribadah adalah karena dosa-dosa yang kita lakukan. Sabda Rasulullah, “Sesungguhnya jika seorang hamba berbuat dosa dititikkan pada hatinya satu titik hitam. Namun bila ia berhenti dari dosa tersebut, beristighfar dan bertaubat, dibersihkan hatinya dari titik hitam itu. Akan tetapi bila tidak bertaubat dan malah kembali berbuat dosa maka bertambah titik hitam tersebut, hingga mendominasi hatinya." (HR. Ahmad)

Penyakit serius yang diderita seorang muslim adalah ketika ia berbuat dosa ia tidak merasa menyesal atau malah menikmatinya (Semoga ALLAH melindungi kita dari penyakit seperti ini). oleh karena itu mari kita jadikan bulan yang penuh berkah ini sebagai momentum untuk kita mendekatkan diri kepada ALLAH, meningkatkan iman dan ketaqwaan kita, dan bertaubat memohon ampun kepada ALLAH atas dosa-dosa kita yang telah lalu.

Ada banyak amalan yang diutamakan ketika memasuki bulan Ramadhan salah satunya adalah membaca dan mentadaburi al-qur'an karena pada bulan inilah Al-qur'an diturunkan oleh ALLAH dari lauhul mahfudz ke baitul izzah dilangit dunia, namun banyak orang di Indonesia salah beranggapan bahwa al-qur'an diturunkan pada hari ke 17 atau pada tanggal 17 Ramadhan padahal dalam surah al-Qadar disebutkan bahwa al-qur'an itu diturunkan pada malam lailatul qadar. Adapun malam lailatul Qadar terletak pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan yaitu pada malam-malam ganjil 21, 23, 25, 27 dan 29.
“Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan” (HR. Bukhari dan Muslim)

Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarokfury dalam Kitab Sirohnya "Rahiqul-Makhtum" mengatakan bahwa memang terjadi perbedaan pendapat terkait kapan rasulullah pertama kali menerima wahyu dari malaikat jibril, ada yang mengatakan tanggal 17 Ramadhan (berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Al-Bara' bin Azib), Ada yang mengatakan 21 Ramadhan (berdasarkan hadist dari Qatadah) dan ada pula yang mengatakan pada tanggal 24 Ramadhan (berdasarkan hadist dari Aisyah, Jabir dan Watsilah bin Asqo').
Berdasarkan pemaparan diatas bisa dilihat dengan jelas bahwa Al-qur'an diturun bukan pada tanggal 17 Ramadhan melainkan pada malam lailatul Qadar yang terletak di 10 malam terakhir bulan Ramadhan.

Karena bulan Ramadhan adalah bulan al-qur'an atau bulan yang didalamnnya diturunkan al-qur'an maka banyak para sahabat, tabi'ut tabi'in dan para ulama yang mengkhusukan diri untuk membaca al-qur'an ketika bulan Ramadhan datang. Mereka sangat memahami sekali arti Ramadhan dan sangat kuat mencintai al-qur'an sehingga banyak diantara mereka yang mengkhatamkan al-qur'an berpuluh-puluh kali selama bulan Ramadhan.

Imam al-Syafi'i rahimahullah, pada bulan Ramadhan mengkhatamkan Al-Qur'an sampai 60 kali dan itu di luar shalat. Imam Qatadah rahimahullah senantiasa mengkhatamkan setiap tujuh hari sekali. Pada bulan Ramadhan setiap tiga hari sekali. Dan pada sepuluh hari terakhir, mengkhatamkannya setiap malam.

Imam al-Zuhri rahimahullah jika sudah memasuki Ramadhan tidak lagi membaca hadits dan tidak hadir di majelis ilmu, beliau hanya membaca Al-Qur'an dari mushaf. Beliau mengatakan saat sudah masuk Ramadhan, "Sesungguhnya (pekerjaan itu) hanya membaca Al-Qur'an dan memberi makan." Tidak heran jika kita melihat para ulama salaf berbuat demikian karena setiap huruf al-qur'an yang dibaca akan dilipatgandakan oleh ALLAH sebanyak 10 kali lipat, berdasarkan sabda Rasulullah SAW, "Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Quran) akan mendapatkan satu kebaikan (pahala), setiap satu kebaikan itu akan dilipatkan menjadi 10 kali. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, tetapi Alif adalah satu huruf, Lam adalah satu huruf, dan Mim adalah satu huruf…" (H.R. Tirmidzi, hadits hasan sahih).
saya mengajak diri saya pribadi dan ihkwan/akhwat fiilah sekalian mari kita jadikan al-qur'an sebagai kekasih kita dibulan Ramadhan ini. Semoga ALLAH senantiasa memberikan curahan rahmat dan kasih sayangnya kepada kita semua. Amiin...
Pesan : "ITTAQILLAH"


Author : Anas ibni Abdurrahman el Qudsi
0 comments

Sa’id Bin Amir

Sa’id Bin Amir
(Pemilik Kebesaran di Balik Kesederhanaan)
Sa’id Bin Amir adalah salah seorang sahabat Rasulullah ﷺ yang utama, walaupun namanya tidak seharum nama sahabat Rasuullah ﷺ yang telah terkenal. Ia merupakan sosok hamba ALLAH yang bertakwa dan tidak menonjolkan diri. Meski demikian semenjak ia memeluk, tidak lama sebelum perang Khaibar, ia tidak pernah absen dalam perjuangan dan jihad yang dihadapi Rasulullah  ﷺ dan kaum muslimin. Mungkin ini telah menjadi pola dasar kehidupan semua orang islam pada saat itu. Karena tidak selayaknya bagi orang yang beriman berpangku tangan dan tidak turut mengambil bagian dalam apa saja yang dilakukan Nabi ﷺ, baik disaat damai maupun perang.

Semenjak ia berbaiat kepada Nabi ﷺ, seluruh kehidupan dan eksistensinya ia baktikan untuk kepentingan Islam. Ketaatan, kezuhudan, kesalehan serta keluhurannya sangat melekat pada diri Sa’id Bin Amir.

Ketika kita mencoba untuk menyusuri dan menjajaki kebesaran dibalik tokoh ini, hendaklah kita bersikap hati-hati agar tidak terlena oleh godaan pikiran yang tertuju ada kemegahan. Pasalanya ketika padangan kita tertuju pada sa’id dalam kumpulan orang banyak, maka kita tidak akan menemukan suatu keistimewaan yang nampak dari dirinya. Mata kita hanya akan melihat seorang prajurit dengan tubuh berdebu dan berambut kusut masai, Baik pakaian Maupin bentuk lahirnya tidak sedikitpun berbeda dengan golongan miskin lainnya dari kaum muslimin. Seandainya yang kita jadikan tolak ukur adalah tampilan luar, maka kita tidak akan menemukan petunjuk yang menyatakan siapa sebenarnya Sa’id Bin Amir.

Kebesaran Sa’id lebih banyak yang tersembunyi dan berada didalam bila dibandingkan dengan permukaan luarnya. Dibalik kesedarhanaan dan kesahajaannya itu tersimpan sebuah kebesaran yang menggambarkan kecintaannya kepada ALLAH dan tidak mau terjerat dengan fitnah dunia. Sosoknya Ibarat mutiara yang terpelihara didalam perut kerang.

Ketika Khalifah Umar bin Al-Khattab memberentikan mu’awiyah dari jabatannya sebagai kepala daerah di Syria, ia menoleh kiri dan kanan mencari seseorang yang akan menjadi penggantinya. Ketika itu Syria merupakan wilayah yang modern dan besar, sementara kehidupan disana sebelum datangnya islam mengikuti peradaban yang silih berganti, disamping merupakan pusat yang penting dan tempat yang cocok untuk bersenang-senang. Berepa poin inilah yang menjadikan Syria sebagai negeri yang penuh godaan dan rangsangan. Menurut pendapat umar, tidak ada yang cocok untuk negeri ini kecuali rang yang suci yang tidak dapat diperdayakan oleh kemegahan dan kemewahan dunia, seorang yang zuhud yang gemar beribadah, yang tunduk dan patuh kepada ALLAH.

Lalu tiba-tiba Umar berseru, “Aku telah menemukannya. Bawalah Sa’id bin Amir kemari.” Tak lama kemudian Sa’id pun datang menemui Umar yang menawarkan jabatan walikota Homs, Suriah. Tetapi Sa’id menyatakan keberatan dan berkata, “Janganlah engkau menjerumuskanku ke dalam fitnah, wahai Amirul Mukminin.” Dengan nada keras Umar menjawab, “Tidak, demi ALLAH, aku tidak akan mebiarkanmu menolak. Apakah kalian hendak membebankan amanah dan khilafah diatas pundakku lalu kalian meninggalkanku begitu saja?” dengan kata-kata Umar tersebut akhirnya Sa’id pun dapat diyakinkan. Karena sebagai seorang sahabat yang pernah berjuang bersama Rasulullah ﷺ , sungguh tidak adil bila mereka mengalungkan amanat dan jabatan khalifah ke lehernya, lalu mereka meninggalkan dirinya memikul tugas itu sendirian.

Pada saat itu Homs digambarkan sebagai Kufah kedua. Hal itu disebabkan sering terjadinya pembangkangan dan pemberontakan penduduk terhadap para pembesar yang memegang kekuasaan. Dan karena kota Kufah dianggap sebagai pelopor Islam soal pembangkangan, maka kota Homs diberi julukan Kufah kedua. Tetapi, bagaimanapun gemarnya orang-orang Homs menentang pemimpin-pemimpin mereka sebagaimana yang kita sebutkan sebagai hamba ALLAH yang saleh, yakni Sa’id, hati mereka dibukakan ALLAH sehingga merekapun cinta dan taat kepadanya.

Suatu hari Umar menyampaikan berita kepada Sa’id, “Orang-orang Syria mencintaimu.” Lalu Sa’id pun mengomentarinya “Itu mungkin karena aku suka menolong dan menghibur mereka.” Namun sebesar apapun cinta warga Homs kepada Sa’id, keluhan dan pengaduan tetap saja tidak dapat dielakkan.

Suatu ketika Amirul Muknminin berkunjung ke Homs dan bertanya kepada penduduk yang sedang berkumpul tentang Sa’id, “Bagaimana pendapat kalian tentang Sa’id?” Sebagian hadirin tampil ke depan mengadukannya. Tetapi, rupanya pengaduan itu mengandung berkah, sehingga dengan demikian terungkaplah satu sisi kebesaran tokoh Sa’id yang menakjubkan.

Dari kelompok yang mengadukan itu, Umar meminta agar mereka mengemukakan titik-titik kelemahannya satu per satu. Juru bicara kelompok tersebut maju dan mengatakan, “Kami mengeluh empat perkara darinya :
1. Ia tidak keluar untuk menemui kami hingga menjelang siang.
2. Ia tidak mau melayani orang pada waktu malam hari.
3. Setiap bulan ada dua hari dimana ia tidak mau kelauar untuk kami, sehingga kami  tidak dapat menemuinya.
4. Ada sewaktu-waktu yang sebetulnya bukan merupakan kesalahannya, tapi itu menggangu kami, yaitu bahwa sewaktu-waktu ia jatuh pingsan.”

Umar tertegun sebentar dan memohon kepada ALLAH, dengan ungkapan, “Yaa ALLAH, hamba tahu bahwa ia adalah hamba-MU yang terbaik. Karena itu, hamba berharap firasat hamba terhadap dirinya tidak meleset.”

Lalu Sa’id pun dipersilakan untuk membela diri. Ia berkata, “Mengenai tuguhan mereka bahwa saya tidak keluar hingga menjelang siang, demi ALLAH, sebetulnya saya tidak hendak menyebutkannya. Keluarga kami tidak punya pelayan, sehingga sayalah yang membuat adonan tepung dan membiarkannya saya mengembang, lalu saya membuat roti dan kemudian wudhu untuk sholat Dhuha. Setelah itu keluar menemui mereka.”

Wajah Umar berseri-seri, dan berkata, “Alhamdulillah, dan mengenai yang kedua?”

Sa’id pun melanjutkan perkataannya, “Adapun tuduhan mereka saya tidak mau melayani mereka pada waktu malam, demi ALLAH saya sebenarnya tidak suka menyebutkan sebabnya. Saya telah menyediakan hari bagi mereka, sedangkan malam hari bagi ALLAH Ta’ala. Keluhan mereka bahwa dua hari setiap bulan saya tidak menemui mereka, itu karena saya tidak punya pelayan yang akan mencuci pakaian, sedangkan saya tidak punya baju yang lain. Jadi saya memanfaatkan hari itu untuk mencucinya dan menunggu sampai kering, dan diakhir siang saya bisa menemui mereka.”

“Kemudian tentang keluhan mereka bahwa saya sewaktu-waktu jatuh pingsan, itu karena ketika di Mekkah dulu saya telah menyaksikan Khubaib Al-Anshari jatuh tersungkur. Tubuhnya disayat-sayat oleh orang orang Quraisy dan mereka menyeret tubuhnya sambil menanyakan kepadanya. ‘Maukah tempatmu diisi oleh Muhammad sebagai penggantimu, sedangkan kamu berada dalam keadaan sehat wal afiat?’

Lalu Khubaib menjawab, ‘Demi ALLAH, aku tidak ingin tinggal dalam keselamatan dan kesenangan dunia bersama anak dan isteriku, sementara Rasulullah ﷺ ditimpa bencana, walau oleh hanya tusukan duri sekalipun.’ Setiap terkenang peristiwa yang aku saksikan itu, dan ketika itu aku masih dalam keadaan musyrik, lalu teringat bahwa aku berpangku tangan dan tidak mengulurkan tangan untuk menolong Khubaib, Tubuhku gemetar karena takut siksa ALLAH, hingga ditimpa penyakit yang mereka katakana itu.”

Sampai disitu berakhirlah kata-kata Sa’id, ia membiarkan kedua bibirnya basah oleh air mata yang suci, mengalir dari jiwa yang saleh. Mendengar itu Umar tidak mampu menahan rasa harunya, sehingga ia pun berseru karena sangat gembira, “Alhamdulillah, dengan Taufik-NYA firasatku tidak meleset.” Lalu ia merangkul dan memeluk Sa’id, serta mencium keningnya yang mulia dan bersinar cahaya.

Pada tahun 20 H Sa’id bin Amir pulang ke rahmatullah dengan lembaran yang putih, dah hati yang suci. Telah lama sekali rindunya terpendam untuk menyusul rombongan perintis Islam. Hidupnya memang telah didedikasikan untuk memelihara janji dan mengikuti langkah mereka. Sungguh, rindunya tiada terkira untuk dapat menjumpai Rasulullah ﷺ yang telah menjadi guru terbaiknya, serta teman-temannya yang saleh dan mulia.


Reference : Biografi 60 Sahabat Nabi ﷺ

0 comments

Syair Abu Nawas / شعر ابو نواس


شعر أبو نواس
----------------------
إلهي لست للفردوس أهلا...
Wahai Tuhanku! Aku bukanlah ahli surga
ولا أقوى على نار الجحيم...
Tapi aku tidak kuat dalam neraka
فهب لي توبة واغفر ذنوبي...
Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku
فإنّك غافر الذّنب العظيم...
Sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar
ذنوبي مثل أعداد الرّمال...
Dosaku bagaikan bilangan pasir
فهب لي توبة ياذا الجلال...
Maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan
وعمري ناقص في كلّ يوم...
Umurku ini setiap hari berkurang
وذنبي زائد كيف احتمال؟؟؟
Sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya???
إلهي عبدك العاصي أتاك...
Wahai Tuhanku! Hamba-Mu yang berbuat dosa telah datang kepada-Mu
مقرّا بالذّنوب وقد دعاك
Dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada-Mu
فإن تغفر فأنت لذاك أهل...
Maka jika engkau mengampuni, maka Engkaulah ahli pengampun
وإن تطرد فمن نرجو سواك؟؟؟
Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi aku mengharap selain kepada Engkau???


Abu Nawas adalah Abu Ali Hasan bin Hani’ al-Hakami, seorang penyair yang sangat masyhur pada zaman Bani Abbasiyyah. Kepiawaiannya dalam menggubah qoshidah syair membuat dia sangat terkenal di berbagai kalangan, sehingga dia dianggap sebagai pemimpin para penyair di zamannya. Namun amat disayangkan, perjalanan hidupnya banyak diwarnai dengan kemaksiatan, dan itu banyak juga mewarnai syair-syairnya. Sehingga saking banyaknya dia berbicara tentang masalah khamr, sampai-sampai kumpulan syairnya ada yang disebut khamriyyat.

Abu Amr Asy-Syaibani berkata, “Seandainya Abu Nuwas tidak mengotori syairnya dengan kotoran-kotoran ini, niscaya syairnya akan kami jadikan hujjah dalam buku-buku kami.”

Bahkan sebagian orang ada yang menyebutnya sebagai orang yang zindiq meskipun pendapat ini tidak disetujui oleh sebagian ulama. Di antara yang tidak menyetujui sebutan zindiq ini untuk Abu Nuwas adalah Imam Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah (14:73), ketika menyimpulkan tentang kehidupan Abu Nuwas beliau berkata, “Kesimpulannya, para ulama banyak sekali menceritakan peristiwa kehidupannya, juga tentang syair-syairnya yang mungkar, penyelewengannya, kisahnya yang berhubungan dengan masalah khamr, kekejian, suka dengan anak-anak kecil yang ganteng serta kaum wanita sangat banyak dan keji, bahkan sebagian orang menuduhnya sebagai pezina. Di antara mereka juga ada yang menuduhnya sebagai seorang yang zindiq. Di antara mereka ada yang berkata: ‘Dia merusak dirinya sendiri.’ Hanya saja, yang tepat bahwa dia hanyalah melakukan berbagai tuduhan yang pertama saja, adapun tuduhan sebgian orang yang zindiq, maka itu sangat jauh dari kenyataan hidupnya, meskipun dia memang banyak melakukan kemaksiatan dan kekejian”

Akan tetapi, bagaimanapun juga disebutkan dalam buku-buku sejarah bahwa dia bertaubat di akhir hayatnya. Semoga Allah menerima taubatnya dan memaafkan kesalahannya, karena bagaimanapun juga dia mengakhiri hidupnya dengan taubat kepada Allah. Dan semoga kisah yang diceritakan oleh Ibnu Khalikan dalam Wafyatul-A’yan 2:102 benar adanya dan menjadi kenyataan. Beliau menceritakan dari Muhammad bin Nafi berkata, “Abu Nuwas adalah temanku, namun terjadi sesuatu yang menyebabkan antara aku dengan dia tidak saling berhubungan sampai aku mendengar berita kematiannya. Pada suatu malam aku bermimpi bertemu dengannya, kukatakan, ‘Wahai Abu Nuwas, apa balasan Allah terhadapmu?’ Dia menjawab, ‘Allah mengampuni dosaku karena beberapa bait syair yang kututlis saat aku sakit sebelum wafat, syair itu berada di bawah bantalku.’ Maka saya pun mendatangi keluarganya dan menanyakan bantal tidurnya dan akhirnya kutemukan secarik kertas yang bertuliskan :


شعر ابو نواس قبل الموت
---------------------------------
يا ربّ إن عظمت ذنوبي كثرة...
Ya Allah, jika dosaku teramat sangat banyak
فلقد علمت بأنّ أعظم...
Namun saya tahu bahwa pintu maaf-Mu lebih besar
إن كان لا يرجوك إلاّ محسن...
Jika yang memohon kepada-Mu hanya orang yang baik-baik saja
فمن الذي يدعو ويرجو المجرم؟؟؟
Lalu kepada siapakah orang yang jahat akan memohon???
أدعوك ربّ كما أمرت تضرّعا...
Saya berdoa kepada-Mu dengan penuh tadharru’ sebagaimama Engkau perintahkan
فإذا رددّت يدي فمن ذا يرحم؟؟؟
Lalu jika Engkau menolak tangan permohonanku, lalu siapa yang akan merahmati-ku???
مالي إِليك وسيلة إلاّالرّجا...
Saya tidak mempunyai wasilah kepada-Mu kecuali hanya sebuah pengharapan
وجميل عفوك ثمّ إنّي مسلم...
Juga bagusnya pintu maaf-Mu kemudian saya pun seorang yang muslim

18 comments

Skype

My status

My Contact


Spinning icons by Latest Hack
 
Support : Creating Website | Anas TS | Anas TS
Copyright © 2011. Pustaka Si Lebah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Anas TS
Proudly powered by Blogger